dampak belajar kurang melibatkan siswa

Studi Ungkap Hasil Pembelajaran yang Kurang Melibatkan Siswa

Kualitas pembelajaran dalam dunia pendidikan menjadi kunci keberhasilan bagi kesuksesan siswa. Hal ini telah dibuktikan dengan studi kolaboratif terbaru antara University of South Australia, Flinders University, dan Melbourne Graduate School of Education.

Studi tersebut mengungkap fakta bahwa kurang dari sepertiga guru melibatkan siswa dalam pembelajaran yang kompleks, sehingga membatasi peluang siswa untuk membangun pemikiran kritis dan pemecahan masalah.

Studi ini menyelidiki sejauh mana siswa terlibat dalam pembelajaran yang mendalam dan konstruktif, serta bagaimana keterlibatan tersebut berdampak pada hasil pembelajaran mereka.

17% Tugas Siswa Adalah Pembelajaran yang Dangkal

Melansir dari laman resmi University of South Australia, para peneliti melakukan penelitian dengan pemantauan di ruang kelas di Australia Selatan dan Victoria. Hasilnya, mereka menemukan bahwa hampir 70% dari tugas siswa adalah pembelajaran yang dangkal. Kegiatan seperti tanya jawab sederhana, mencatat, atau hanya mendengarkan guru mendominasi aktivitas siswa, sedangkan aktivitas yang melibatkan pemikiran lebih dalam jarang dilakukan.

Dr. Helen Stephenson dari University of South Australia menggarisbawahi pentingnya mendukung para guru dalam merencanakan pembelajaran yang interaktif dan konstruktif. “Ketika kita melihat pembelajaran, semakin besar keterlibatannya, semakin dalam pula pembelajarannya. Namun seringkali siswa melakukan pekerjaan yang pasif dan tidak melibatkan banyak orang,” katanya.

Sejauh Mana Pembelajaran Bisa Meningkatkan Pemikiran Kritis Siswa?

Studi ini membedakan konten kelas menjadi dua kategori, yakni pasif dan aktif. Siswa melakukan kegiatan sederhana seperti menjawab pertanyaan dengan menggunakan kerangka ICAP untuk mengkategorikan aktivitas pembelajaran siswa, antara lain:

– Pasif (siswa yang mendengarkan penjelasan guru)
– Aktif (siswa yang meringkas materi)
– Konstruktif (mengajukan pertanyaan atau membuat peta konsep yang memperluas pengetahuan)
– Interaktif (Pembelajaran konstruktif melibatkan dua atau lebih peserta didik menciptakan ide baru).

Menurut Stephenson, keterlibatan interaktif di kelas adalah di mana siswa terlibat dalam kegiatan dengan siswa lain, kemudian merangsang mereka untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam.”Mereka membuat penilaian, mengusulkan dan mengkritik argumen dan pendapat, serta mencari solusi terhadap masalah. Kegiatan-kegiatan ini juga dapat membantu mereka mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan penalaran… semuanya merupakan prediktor peningkatan pembelajaran,” terangnya.

Baca Juga : Teori Belajar Konstruktivisme Dan Pengertian Beserta Tujuan

Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa sekitar 70% dari konten kelas dapat dikategorikan sebagai pasif. Ini berarti, dalam sebagian besar kasus, siswa hanya berpartisipasi dengan sedikit interaksi yang dapat diamati. Bahkan ketika siswa terlibat dalam aktivitas yang dianggap aktif, hanya mencakup tindakan sederhana seperti menjawab pertanyaan yang ada pada lembar fakta.

“Meskipun tugas-tugas seperti itu ada di ruang kelas, pembelajaran siswa akan jauh lebih baik ketika siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan aktivitas kompleks yang mendorong pembelajaran yang mendalam dan konseptual,” kata Stephenson. “Pembelajaran mendalam memerlukan pengorganisasian pengetahuan ke dalam struktur konseptual, yang meningkatkan retensi informasi dan mendukung pengetahuan yang diperlukan untuk inovasi,” tambahnya.

Metode Mengajar Guru yang Kurang Merangsang Siswa

Meski begitu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak guru mungkin tidak sepenuhnya memahami bagaimana tugas-tugas mereka dapat merangsang berbagai cara keterlibatan siswa. “Bahkan mengubah aktivitas kelas dari aktif menjadi konstruktif dapat meningkatkan pembelajaran siswa,” ucap Dr. Stephenson. “Guru harus didukung untuk melakukan pengembangan profesional guna mengalihkan pemikiran mereka ke arah praktik yang mendukung pembelajaran lebih dalam dan hasil yang lebih baik bagi siswa,” imbuhnya.

Dengan begitu, ini menekankan pentingnya dukungan dan pengembangan profesional bagi guru untuk mengalihkan praktik pembelajaran mereka ke arah yang mendukung pembelajaran yang lebih dalam dan hasil yang lebih baik bagi siswa.